Saturday, January 17, 2015

Penerangan Sempurna

Penerangan Sempurna
(Vajra Acarya Guru Rinphoce Lian Shen)

Pertama-tama memberikan penghormatan dan sembah sujud yang setinggi- tingginya kepada Mula Guru Yang Mulia Vajra Acarya Guru Rinphoce Lian Sheng, sembah sujud kepada para Guru Silsilah Zhen Fo Zhong diantaranya Yang Mulia Bikhsu Liao Ming, Yang Mulia Gyalwa Karmapa XVI, Yang Mulia Guru Sakya Zheng Kong dan Yang Mulia Guru Tubhten Dhargye, sembah sujud kepada seluruh Yidam, sembah sujud kepada seluruh Buddha, Bodhisattva, Mahasattva, Dharmapala dan seluruh Dewa yang ada di altar mandala.

Topik yang akan di bahas pada hari ini adalah hal yang sangat penting yaitu penerangan sempurna didalam Tantra. Sejak dahulu kala sampai sekarang, Sakyamuni Budha adalah satu satunya orang yang memproklamasikan pencapaian penerangan sempurna selagi masih hidup. Bagaimanakah Sakyamuni Budha mencapai penerangan sempurna?

Ketika sedang duduk dibawah pohon Bodhi dari malam hari sampai pagi dini hari, Sakyamuni Budha melihat sebuah bintang bercahaya disebelah timur. Pada saat itulah beliau mengetahui bahwa beliau telah mencapai penerangan sempurna.

Kalau begitu, kalian semua seharusnya dapat mencapai penerangan sempurna dengan mudah! Malam ini kalian cukup pergi mencari sebuah pohon, duduk dibawahnya dengan menghadap ke timur [tawa pendengar], dan mungkin anda akan melihat sebuah bintang terang. Pada saat itu anda bisa berkata bahwa anda telah mencapai penerangan sempurna!

Sesungguhnyalah, banyak guru guru Dharma dan para sadhaka yang telah berusaha menyelidiki bintang apakah di sebelah timur yang dilihat oleh Sakyamuni Budha. Saya adalah seorang yang terlatih di bidang pengukuran tanah. Jadi saya telah belajar tentang ilmu astronomi. Saya dulu berpikir bahwa bintang yang dilihat Sakyamuni Budha itu pastilah sebuah bintang penting dibidang astronomi dan tercatat di buku buku astronomi. Dengan melakukan riset, seharusnya kita dapat menemukan nama bintang tersebut.

Biarlah hari ini saya memberitahukan kalian suatu hal apa yang di beritahu oleh Mahaguru yakni : apa yang dilihat oleh Sakyamuni Budha bukanlah sebuah bintang atau bulan atau matahari! "Bintang" yang dilihat oleh Sakyamuni Budha adalah "sifat asal" (original nature) dirinya sendiri. Yang dilihat oleh Sakyamuni Budha itu adalah "sifat Budha" yang merupakan "sifat asal diri" sendiri. Itulah yang disebut penerangan sempurna.

Penerangan sempurna yang dicapai oleh Sakyamuni Budha selagi duduk dibawah pohon dikenal oleh Budhisme sebagai "melihat sifat Budha didalam diri sendiri". Di dalam Taoisme, hal yang sama dikenal sebagai "melihat roh diri sendiri".

Jadi ingatlah bahwa dalam perihal penerangan sempurna, yang disebut "melihat bintang" sebenarnya adalah melihat "tubuh bercahaya dari sifat Budha diri sendiri". Penerangan sempurna hanya dapat dikonfirmasi oleh diri sendiri dan para Budha.

Sudah 2500 tahun semenjak Sakyamuni Budha mencapai penerangan sempurna. Sejak saat itu, sepertinya tidak ada orang lain yang memproklamasikan diri mencapai penerangan sempurna. Sekarang, di jaman ini, ada seseorang yang mengikuti jejak Sakyamuni Budha memproklamasikan dirinya mencapai penerangan sempurna. Orang itu adalah Lu Shengyen.
Sebenarnya, siapakah yang dapat memutuskan siapa yang telah mencapai penerangan sempurna?

Penerangan sempurna hanya dapat diproklamasikan oleh diri sendiri, tidak oleh orang lain.
Mengapa? Karena hanya seorang Budha dana orang itu sendiri yang dapat mengkonfirmasi tingkat kesadaran dan tingkat keberhasilan orang itu. Hanya orang itu sendiri yang dapat mengkonfirmasinya dan hanya para Budha yang mengetahui apakah yang dikatakan orang itu benar atau tidak. Karena saya memproklamasikan bahwa saya telah mencapai penerangan sempurna, orang mungkin ingin mengetahui bagaimana rasanya mencapai penerangan sempurna? Bila anda bertanya kepada banyak rahib/biksu dan orang kebatinan terkenal, mereka belum tentu dapat memberikan penjelasan.

Karena saya telah mencapai penerangan sempurna, saya dapat menjelaskannya. Karena itu, topik kita hari ini adalah penerangan sempurna didalam Tantrayana semua dijelaskan oleh Mahaguru.

Didalam Tantrayana dan Zen, seorang yang telah mencapai penerangan sempurna tidak berbicara seperti orang biasa. Di dalam metode Zen, dialog sering digunakan untuk membuktikan tingkat pencapaian rohani seseorang ataupun penerangan sempurna.
Guru Tantra saya, Guru Tubten Taerchi, menggunakan dialog untuk mengkonfirmasi keberhasilan saya mencapai penerangan sempurna.

Dalam perjalanan saya yang terakhir ke Hongkong, saya bertemu dengan guru saya itu dan ia menguji saya dengan tiga pertanyaan. Pertanyaannya yang pertama adalah, "Lu Shengyen, saya sekarang adalah seorang pengangguran. Bagaimana kalau engkau memperkerjakan saya sebagai "penyala dupa"? Di vihara kita ini, seorang "penyala dupa" adalah orang yang bangun sangat pagi sekali untuk menyalakan dupa dan lampu sebagai persembahan kepada para Budha. Jadi bagaimana saya menjawab guru saya itu? Jawaban saya adalah, "Guru, semua orang di dunia ini adalah penyala dupa". Bila seseorang tidak mengerti pertanyaan yang diajukan itu, ia mungkin akan menjawab, "Oh! Guru pasti bercanda. Guru begitu kaya raya. Mengapa guru ingin menjadi seorang penyala dupa?"

Seorang yang telah mencapai penerangan sempurna akan menjawab kepada gurunya bahwa semua orang di dunia adalah penyala dupa. Ketika guru Tubten Taerchi mendengar jawaban saya, ia berkata, "Baiklah, engkau lulus ujian pertama."

Sebenarnya umat Budhist atau sadhaka manakah yang tidak berurusan dengan kegiatan memberikan persembahan kepada TriRatna (Budha, Dharma, dan Sangha)? Karena itu, semua orang adalah penyala dupa.

Kemudian guru Tubten Taerchi mengajukan pertanyaan kedua kepada saya, "Lu Sheng-yen, siapa wanita yang engkau kencani akhir akhir ini?" Bila seseorang tidak mengerti apa yang siapa wanita yang engkau kencani akhir akhir ini? Bila seseorang tidak mengerti apa yang dimaksudkan oleh sang guru, ia bisa berpikir, "Karena sang guru mempunyai mata batin, ia bisa membaca pikiran saya dan tahu apa yang telah saya lakukan." Lalu, ia bisa menjadi terpaku dan kalah. Bagaimanakah saya menjawab beliau? Saya berkata, "Guru, tentu saja saya mempunyai kenalan wanita sewaktu saya muda dahulu, tetapi sekarang saya hanya berkencan dengan para Budha dan Bodhisattva."

Saya harus memberitahu kalian bahwa seorang yang telah mencapai penerangan sempurnahanya berkencan dengan Budha dan Bodhisattva. Ketika sang guru mendengar jawaban saya, ia mengatakan bahwa saya lulus ujian kedua.

Pertanyaan ketiga adalah, "Lu Sheng-yen, karena engkau selalu menempati kursi utama setiap kali menyelenggarakan upacara Dharma atau memberikan ceramah, dimana gurumu duduk seharusnya?" Orang bisa berpikir, "Betul juga ya. Dimana sang guru seharusnya duduk?" Bila guruku duduk ditempat yang sekarang diduduki Acarya Lian Shi sekarang ini, berarti ia duduk dibawah saya. Bila sang guru duduk ditengah ditengah para pendengar, juga tidak baik. Jadi, bagaimanakah seharusnya? Dimana sang guru duduk seharusnya? Saya menjawab, "Guru sebaiknya duduk diatas kepala saya!" Itulah jawaban yang benar. Jawaban yang diberikan oleh seorang yang telah mencapai penerangan sempurna tidaklah seperti jawaban yang diberikan oleh orang awam. Tetapi, ternyata sang guru masih belum puas dengan jawaban saya dan berkata lagi, "Bila aku duduk diatas kepalamu, bagaimana kalau sampai aku ingin kencing?" Seorang yang telah mencapai penerangan sempurna tentu saja tidak menjawab bahwa ia akan meminum air kencing gurunya itu. [tawa pendengar]

Saya menjawab guru saya, "Itu berarti guru ingin memberkati saya dengan susu Dharma!" [tepuk tangan pendengar]

Setelah dialog itu, guru Tubten Taerchi memutuskan untuk memberikan kepada saya lima hadiah sebagai suvenir dalam pembabaran Dharma. Ke lima suvenir tersebut sungguh bernilai dan saya terutama sekali menyukai dua dari ke lima suvenir tersebut. Yang sebuah adalah sebuah kaca pembesar yang digunakan oleh Lama Tubten di Tibet.

Kaca pembesar itu terbuat dari alat pemegang dari giok (kumala) dan frame dari emas. Kaca pembesar ini bukanlah alat bantu untuk membaca bagi orang tua. Sewaktu menerimanya, saya berkata kepada beliau, "Guru, terima kasih karena telah mewariskan kepada saya "empat ikrar tak terhingga" (the four immeasureable vows)". Kaca pembesar digunakan untuk "membesarkan" hati seseorang sampai tak terhingga luasnya. Bukankah itu sama dengan "empat ikrar tak terhingga"?

Kemudian guru memberi saya sebuah penjepit dasi. Apakah alasan saya menyukai suvenir yang satu ini? Karena suvenir ini terbuat dari emas murni dengan permata dadu yang sangat besar dilekatkan. Setelah menerima suvenir ini, cara menjawabnya bukanlah, "Guru, terima kasih untuk penjepit dasi dari emas ini." Jawaban yang benar adalah, "Guru, terima kasih karena telah mewariskan kepada saya 'Sila'". Mengapa penjepit dasi merupakan simbol dari Sila? Penjepit dasi digunakan untuk "menjepit" hati seseorang yang merupakan kegunaan dari Sila.

Lalu, sang guru juga memberikan saya sebuah arca gajah kecil. Salah satu nama kecil Sakyamuni Budha adalah "Raja Gajah". Dengan memberikan saya sebuah gajah kecil, sang guru mengangkat saya menjadi seorang "pangeran Dharma". Apakah yang dimaksud dengan pangeran Dharma? Seorang pangeran Dharma membabarkan Dharma di setiap tempat ia berada. Jadi, sewaktu menerima arca gajah tersebut, saya berterima kasih kepada guru saya dengan berkata, "Guru, terima kasih karena telah mengangkat saya sebagai pangeran Dharma."

Dialog antara seorang yang telah mencapai penerangan sempurna dengan gurunya sangatlah bernada Zen. Saya harap kalian semua mengerti bahwa seorang yang telah mencapai penerangan sempurna mengajar dengan cara yang unik.

Seorang yang telah mencapai penerangan sempurna adalah seorang yang telah menyatu dengan Budha. Karena itu, ia berpikir seperti seoran Budha, berbicara seperti seorang Budha, dan bertingkah laku seperti seorang Budha. Ini disebut "Yi Wei" (satu rasa). Ini merupakan sebuah fenomena dari penerangan sempurna.

Fenomena kedua dari penerangan sempurna adalah bahwa tubuhnya menjadi sangat penuh dengan chi. Kemanapun ia pergi, apapun yang terjadi, chi orang tersebut selalu hadir dan memancar keseluruh penjuru. Ini karena tidak ada lagi perbedaan antara orang tersebut dengan "chi". Ia adalah chi dan chi adalah dirinya.

Fenomena lain dari penerangan sempurna didalam Tantrayana adalah bahwa seorang yang telah mencapai penerangan sempurna pasti sudah berhasil dalam sadhana Po Wa. Ini adalah "terbukanya ubun ubun kepala"nya. Tujuan dari sadhana Po Wa adalah membuka ubun ubun kepala. Orang yang telah mencapai penerangan sempurna telah terbuka ubun ubun kepalanya dan juga dapat menolong orang lain membuka ubun ubun kepala mereka. Sewaktu kalian pulang kerumah, harap kalian jangan mencoba membuka ubun ubun kepala kalian dengan palu dan paku. Latihlah Po Wa untuk membuka ubun ubun kepala kalian.

Fenomena lain dari penerangan sempurna adalah "rasa Dharma" (Dharma taste). Penekun Taoisme dan Budhisme sering berbicara tentang 'rasa dharma'. Apakah ada yang tahu 'rasa dharma' itu? Bila seseorang tidak pernah merasakan "rasa dharma", tentunya ia tidak pernah tahu apa itu. Bila anda pergi ke kuil dan menanyakan para biksu dan biksuni apakah 'rasa dharma' itu, mungkin mereka akan menjawab, "rasa dharma adalah rasa dharma".

Banyak orang telah mendengar istilah 'rasa dharma', tetapi lebih banyak lagi orang yang tidak tahu apakah itu. Biarlah saya beritahukan kalian bahwa orang yang membina diri (sadhaka) yang telah merasakan 'rasa dharma' tidak akan meninggalkan jalan pembinaan diri. Mereka tidak mungkin menyerah ditengah jalan pula. Apakah kalian bisa menebak apakah 'rasa dharma' itu? Sulit untuk menjelaskan apakah itu karena untuk mengetahuinya -- orang harus mengalaminya sendiri. Tetapi, bila tidak saya jelaskan dengan serinci mungkin, kalian akan hanya mendapatkan pengetahuan yang samar samar.

'Rasa dharma' itu berkaitan dengan 'chi'. Orang lalu mungkin berpikir, "Kalau begitu, mudah saja menjelaskannya. 'Rasa dharma' adalah napas." Sesungguhnya, memang tidak sukar. Tetapi 'Rasa dharma' bukanlah tentang apa yang kita hirup dalam pernapasan, melainkan mengenai satu dari efek yang dihasilkan oleh pernapasan yang halus yaitu chi.

Dalam pembinaan rohani, kebahagiaan atau kenikmatan dihasilkan sewaktu chi atau udara halus yang kita hirup itu memasuki nadi nadi di tubuh kita. Inilah yang disebut 'rasa dharma'.
Makanan dari makhluk makhluk suci adalah 'rasa dharma'. Sewaktu bermeditasi, kenikmatan terbesar yang dialami oleh seorang sadhaka adalah ketika chi bergerak di seluruh tubuh, membuka semua nadi. Kenikmatan yang dihasilkan sungguh tak terhingga dan disebut "kebahagiaan yang tak ada duanya". Kenikmatan seperti ini membuat seseorang seperti melayang di angkasa dan mengendarai awan awan.

Orang yang telah mencapai penerangan sempurna tahu apakah 'rasa dharma' itu. Sadhaka biasa yang belum mencapai penerangan sempurna belum mengalaminya dan karenanya tidak dapat menjelaskannya.

Biarlah saya beritahukan kalian bahwa ketika seseorang dapat mengalami 'rasa dharma' itu, ia tidak akan mau bolos dari bermeditasi, satu hari sekalipun. Sebaliknya, ia akan mau
bermeditasi 10 kali sehari dan akan merasa enggan untuk keluar dari samadhi. Bila seseorang telah kehilangan tekad untuk membina diri, sudah jelas bahwa ia belum pernah merasakan 'rasa dharma' itu. Orang yang telah merasakan 'rasa dharma' adalah seorang suci dan sudah jelas ia tidak akan menyimpang dari jalan keBudhaan.

Ada rahasia rahasia penting didalam sadhana Tantrayana. Biasanya, di aliran Sutrayana, orang hanya bersadhana dengan membaca sutra dan menyebut nama Budha. Didalam sadhana Tantrayana dalam, seorang siswa melatih chi, nadi, dan bindu. Ada sadhana pernapasan bhadra kumbha yang menggunakan perputaran pernapasan untuk membangunkan kundalini. Kundalini digunakan untuk membawa bindu yang digunakan untuk membuka cakra cakra. Terbawanya bindu keseluruh tubuh juga menghasilkan 'sinar terang benderang' didalam tubuh.
Apakah bindu itu? Bindu adalah air mani (ching) pada pria atau sel sel telur (hsueh) pada
wanita. Ketika bindu ini bergabung dan bergerak untuk membuka ke lima cakra, nadi tengah akan terlancarkan. Ke lima cakra adalah cakra dahi, cakra tenggorokan, cakra hati, cakra pusar (Tan Tien) dan cakra akar. Dengan terbukanya nadi tengah, orang itu menjadi
bercahaya. Ketika cakra pusar (Tan Tien) terbuka dan mekar bagaikan bunga teratai, sang
siswa akan dapat mencapai keadaan "samadhi". Ketika ke lima cakra terbuka semuanya, sang siswa dapat menyatu dengan Budha di lima penjuru. Lewat abhisekani (pemberkatan) dari ke lima Budha, sang siswa mendapatkan kekuatan kekuatan mistik dan "penguasaan diri".
Bagaimana caranya membangunkan kundalini? Dengan mengkonsentrasikan pikiran ke satu titik.

Bagaimana membuka cakra pusar (Tan Tien) dan akhirnya kelima cakra? Dengan menggunakan "tanpa pikiran" [wu-nien, no thought].
Satu rahasia yang saya buka untuk kalian adalah tidak ada sadhana yang tidak mengharuskan pikiran untuk dikonsentrasikan.

Bila seseorang ingin terlahir di surga Sukhawati, ia harus mendisiplinkan pikirannya ke satu titik. Bila ia ingin mencapai penerangan sempurna menggunakan metode Zen, ia harus terlebih dahulu mencapai "kestabilan pikiran". Dari kestabilan pikiran, datang kebijaksanaan yang akhirnya akan membawanya kepada penerangan sempurna.

Sewaktu saya bermeditasi, asalkan saya memasuki keadaan "tanpa pikiran" [no thought],

semua 'ching' dalam tubuh segera berkumpul di dahi. Pada saat itu, perbatasan antara dunia luar dan dunia diri hilang sehingga saya menyatu dengan lautan sinar alam semesta.
Inilah rahasia rahasia Tantrayana didalam sadhana: Dengan menggerakkan chi lewat pernapasan, pertama mengkonsentrasikan pikirannya ke satu titik dan kemudian ke 'tanpa pikiran'. Dengan cara ini, siswa dapat mencapai penerangan sempurna dan menjadi seorang Budha.

Saya telah melakukan pembinaan diri selama puluhan tahun. Penerangan sempurna yang telah saya capai adalah hasil sadhana yang tekun meliputi tubuh, pikiran, dan roh. Bukan seperti yang disampaikan beberapa orang bahwa saya cukup tidur di malam hari dan mendapatkan diri mencapai penerangan sempurna esok harinya.

Aspek yang paling penting dalam Dharma Tantrayana Cen Fo Cung adalah "praktek" (mempraktekkan metode yang telah diajarkan). Seorang siswa harus mempraktekkan metode yang diajarkan untuk mencapai penerangan sempurna. Karena saya telah berkunjung ke banyak surga dan neraka, saya dapat meyakinkan kalian semua bahwa "praktek" adalah satu satunya cara mencapai penerangan sempurna. Saya dapat mengajar kalian semua bagaimana menyeberang ke tepi seberang dan terlahir di alam Sukhawati.
Setiap orang, setiap siswa dapat mencapai keberhasilan melalui "praktek".
Ada yang bertanya kepada saya, "Apakah guru guru saya juga telah mencapai penerangan sempurna?"

Jawaban saya adalah, "Tentu saja. Bila seorang siswa berhasil mencapai penerangan sempurna, bagaimana mungkin gurunya tidak mencapainya?" Saya berharap di masa yang akan datang -- semua siswa dapat membuktikan bahwa sang guru merupakan seorang yang telah mencapai penerangan sempurna dengan dirinya sendiri mencapai penerangan sempurna.

Om Mani Padme Hum 

No comments:

Post a Comment