Friday, January 16, 2015

Membunuh Serangga Boleh atau Tidak

Membunuh Serangga Boleh atau Tidak

(Artikel Terpilih Lian Sheng Rinpoche Lu Shengyan)

 

Ditinjau berdasarkan sila yang ditetapkan Sang Buddha, membunuh serangga tetap tidak boleh, walaupun bukan buddha tetaplah tidak boleh.

Di dalam kehidupan sehari-hari kita para sadhaka, yang paling mudah kita langgar adalah pantangan membunuh, yaitu binatang jenis serangga.

Tapi kalian ingat, pembunuhan itu utamanya di pikiran. Yang tak sengaja membunuh, tidak melakukan dosa berat. Pembunuhan yang tak disengaja, juga tak melanggar. Jika idiot atau gila, pembunuhan yang bukan atas prakarsa sendiri, juga tak berdosa.

Menyapu atau menghisap debu, tak ada niat membunuh, tapi ada serangga yang terbunuh, laba-laba terbunuh, melanggar tidak? Jawabannya: tidak.

Di Sarvastivada-vinaya bab 11, Sakyamuni Buddha sendiri pernah membasmi kutu pada ranjang sangha, dan di Sarvastivada-vinaya bab 37, di tempat mandi lembab, mudah muncul serangga, Sang Buddha berkata: "Harus dibasmi bersih baru oke."

Mahaguru tak berniat membasmi serangga, tapi mau tidak mau. Bisa termasuk dosa ringan, bukan dosa berat.

Berlatih menjadi arhat, ada kalimat: Srotapanna* membajak ladang, serangga menyingkir empat inci.

orang yang mencapai pencerahan tingkat keempat
 *orang yang mencapai pencerahan tingkat pertama

Ini bukanlah sesuatu yang dapat dilakukan orang biasa, apalagi orang modern membunuh serangga dengan pestisida. Yang tak membunuh, seberapa jarang?

Mahaguru pribadi merasa, tempat Mahaguru bertapa, serangga, nyamuk, semut, alangkah banyaknya. Bila tak membunuh, Mahaguru menderita lahir batin, bila mau membunuh, melanggar sila pantang membunuh. Cara terbaik satu-satunya, adalah mempertahankan kebersihan, terlebih dahulu berupaya agar serangga, nyamuk, semut tidak muncul. Jika muncul, pikirkan cara mengusir tanpa membunuh. Bila semua diusir tak mau pergi, barulah dengan cara yang dikatakan Sang Buddha: "Harus dibasmi bersih baru oke."

Pelanggaran ataupun penaatan sila, semuanya ada di batin.

Terlebih dahulu menjapa Sukhavati Vyuha Dharani.

Berpulang ke tanah suci, melampaui penderitaan, Namo Amitabha Buddha. Bila sungguh-sungguh menyeberangkan dengan welas asih, menyebabkan serangga, nyamuk, semut benar-benar memperoleh manfaat, juga tak terbilang membunuh.

Satu kalimat: segalanya utamanya di batin.

No comments:

Post a Comment